Jumat, 06 November 2020

Cara Mengatur dan Membatasi Bandwidth

Selamat pagi para bloger sejati, terkhusus siswa dan siswi semua, kali ini kita akan belajar tentang bandwidth. yuk kita kepoin...

        Mengatur bandwidth itu mudah, bukan cuma membatasi speed dan user (pengguna), kamu juga bisa mengelola berdasarkan jam di waktu-waktu tertentu. Saya mau sharing pengalaman yang mungkin bisa bermanfaat untuk sebagian diantara kamu. Sekarang ini banyak temen-temen saya yang usahanya alhamdulillah berkembang, punya komunitas, punya small home office, dan semacamnya. Barangkali ada diantara kamu yang mumet gimana caranya membagi bandwidth ke semua orang supaya koneksi internet tetap lancar dan stabil.

Masalah Umum Terkait Bandwidth

        Dulu Sintesa start dengan 9 orang santri. Kalau masing-masing santri pakai 2 devices (1 laptop dan 1 HP), berarti ada 18 devices yang terkoneksi. Kondisi ini masih bisa dihandle pakai modem bawaannya Telkom. Juga masih memungkinkan untuk dikasih instruksi “Dilarang download selain untuk kebutuhan belajar bersama”. Tapi, masalah mulai muncul ketika jumlah santri udah lebih dari 30 orang, minimal ada 60 devices yang butuh koneksi. Beberapa problems yang cukup bikin cenut-cenut diantaranya: 

-Koneksi jadi ngga stabil.

-Udah ngga bisa kasih peraturan dilarang download. Users sebanyak itu ada aja yang nakal.

-Speed 100Mbps jadi seperti sia-sia.

-Kontrol aktivitas ngga bisa dilakukan. Pernah ketahuan ada santri yang suka nonton porno, sedih.

-Dll

Meski udah pasang 100Mbps, tetep aja berhadapan dengan banyak problems yang cukup menghambat aktifitas. Bayar internet mahal dengan harapan bisa maksimal, tapi ekspektasi masih jauh dari realiti. Emang harus dikontrol dari akarnya. Mendadak saya jadi curious gimana cara kampus mengelola bandwidth mereka, gimana hotel, tempat publik, sekolah, perusahaan, dll.  Pasti ada rahasianya, dan saya pengen bisa begitu juga.  Setelah searching, banyak orang yang pakai Mikrotik untuk mengatur, membatasi, dan mengelola bandwidth. Akhirnya beli Mikrotik, ngikut apa kata banyak orang, meski agak bingung karena varian produknya banyak banget. Dan ujungnya, alat ini ngga terpakai maksimal, karena ngga friendly untuk amatir (seperti saya).

Meski ada aja santri yang pengalaman di instalasi jaringan, saya mikirnya ngga pendek begitu. Mikir buat ke depannya biar ngga bergantung terus sama yang paham. Jadi kalau ada apa-apa bisa dihandle sama orang yang amatiran seperti saya atau staf guru lainnya.

Belajar Setting Bandwidth

Produk yang saya beli adalah Unifi AP-LR. Tanpa ba-bi-bu langsung coba setup sesuai petunjuk yang ada di buku manual, gagal. Coba nonton YouTube, bingung. Tapi ya tetep saya searching buat nambah wawasan tentang Unifi ini. Beberapa hari kemudian saya baru ngerti bahwa Unifi ini ngga seperti Access Point pada umumnya. Dia lebih smart, jadi setupnya juga butuh beberapa steps. Dia butuh server di salah satu komputer yang disebut Unifi Controller. Belajar saya berhenti karena waktu itu lagi banyak urusan, akhirnya Unifi ini nganggur, numpuk di barang-barang yang jarang dipakai. Sampai beberapa bulan setelahnya, Sintesa mau ada hajat acara yang lumayan banyak peserta. Momen itu yang akhirnya memaksa saya pelajari lagi gimana cara setup Unifi. Alhamdulillah akhirnya berhasil. Meski waktu itu yang dipakai cuma kemampuan basicnya; memancarkan sinyal Wifi. Saat pertama kali saya coba, ada satu yang bikin saya wow banget; Unifi bisa handle koneksi untuk 50 devices sekaligus dan stabil! Ajaib banget sih buat saya. Seenggaknya saya merasa selangkah lebih maju dari sebelumnya. Di iklannya memang ada tulisan up to 100 clients, tapi saya sendiri antara yakin dan ngga yakin baca keterangan itu. Semakin amazing lagi setelah coba dites bisa sampai 80 lebih devices terkoneksi dan tetap stabil.


Load disqus comments

0 komentar